Amandel atau tonsil berfungsi sebagai penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke saluran pernapasan. Pada anak usia kurang dari satu tahun amandel akan bekerja secara optimal, karena sistem imunnya belum bekerja dengan baik.
Seiring Si Kecil bertambah usia dan bertambah pula sistem imun tubuhnya, fungsi amandel akan menurun, amandel pun akan mudah terinfeksi dan bengkak saat bakteri atau virus menyerang tenggorokan. Tak jarang pula amandel malah menjadi sarang kuman dan membuat infeksi berulang.
Ketika amandel bengkak, saluran napas akan terhalang dan menyebabkan sleep apnea atau gangguan henti nafas sesaat ketika tidur. Menurut Dr. Agus Subagio Sp. THT, sleep apnea pada balita disebabkan oleh tonsilitis / radang amandel yang sering terjadi, karena tenggorokannya akan lebih sempit dibanding orang dewasa.
Dampak Sleep apnea pada Si Kecil yaitu tidur mendengkur, henti napas diikuti terengah-engah atau tersedak, mengantuk di siang hari karena tidak dapat tidur dengan pulas, mengompol, gangguan pertumbuhan dan bahkan gagal jantung.
Sleep apnea pun dapat mengganggu perkembangan kecerdasan Si kecil. Ketika si kecil tidak bernapas dengan baik saat tidur, maka pasokan oksigen ke otak pun berkurang mengakibatkan tubuh tidak fit dan sulit baginya untuk menerima pelajaran di sekolah." jelas Dr. Agus Subagio Sp. THT.
Baca juga: Moms, Ini Penyakit yang Bisa Dialami Anak di Sekolah
Kapan perlu di Operasi?
Terapi obat bisa dilakukan untuk membebaskan jalur napas Si Kecil dari sleep apnea akibat pembengkakan amandel. Sedangkan operasi pembuangan tonsil bisa dilakukan apabila tonsil yang terinfeksi ukurannya kian membesar.
Terdapat beberapa prosedur operasi tonsil, mulai dari konvensional seperti guillotine, teknik diseksi, sampai cara modern dengan menggunakan teknik elektrokauter dan teknik radiofrekuensi. Untuk pasien balita teknik radiofrekuensi lebih populer digunakan untuk pengangkatan tonsil, karena teknik ini menggunakan energi temperatur rendah (40-70 derajat Celcius) sehingga jaringan yang rusak lebih minimal.
"Radiofrekuensi sangat aman bahkan bagi balita usia tiga tahun karena pendarahan lebih sedikit, nyeri pasca operasi lebih ringan, dan tidak terdapat luka operasi yang terbuka," ungkap Dr. Agus. (Karina/ VNS/ MA/ Dok.Freepik)