Perintah ini-itu. Atur sana, atur sini. Bolak-balik memberi arahan kepada orang-orang di sekelilingnya. Hmmm⦠Wajar tidak ya, jika Si Kecil berlagak layaknya seorang bos seperti ini?
Melihat Si Kecil tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya adalah harapan para orang tua. Demikian juga dalam tahap perkembangan balita yang biasanya selalu lucu dan menggemaskan. Pada periode ini, Si Kecil memasuki masa meniru sekelilingnya sehingga tanpa Anda sadari kadang ada tindakan yang Anda atau orang lain lakukan, ditiru mentah-mentah olehnya. Sebagian tindakan tersebut bisa berefek tidak baik, salah satunya adalah sikap suka memerintah atau bossy!
Psikolog Mira Amir dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) mengatakan, sikap bossy atau berlagak seperti seorang bos bisa terjadi pada balita yang sudah mulai berbicara dan memiliki perbendaharaan bahasa cukup banyak. Fenomena semacam ini lebih sering terjadi pada balita perempuan yang memang lebih cepat bisa berbicara dibandingkan balita laki-laki. Pada anak-anak yang cerdas, gaya bossy bisa terjadi ketika ia memasuki usia 2 hingga 3 tahun.
Faktor Lingkungan
Menurut Mira, faktor yang berperan untuk membentuk balita menjadi bossy adalah lingkungan sekitarnya, terutama orang-orang yang sering bertindak seperti bos terhadap orang lain misalnya sang ibu yang suka memerintah asisten rumah tangga atau sang ayah yang kerap menyuruh supirnya. Perilaku ini mungkin tidak disadari oleh orang tua. Akan tetapi jika dibiarkan, Si Kecil akan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang memang boleh dilakukan.
Pada dasarnya, perilaku bossy itu wajar dilakukan sesekali dan memang murni atas proses peniruan yang mereka lakukan. Namun tindakan ini dapat menjadi masalah jika kebiasaan 'main perintah' terus-menerus dilakukan terhadap teman sebaya, adik, nenek, kakek, atau siapa pun. Jika perintahnya tidak dikerjakan, ia akan marah atau ngambek.
"Perilaku bossy juga bisa menjadi masalah seiring dengan perkembangan usia anak. Semakin bertambah usianya, ia akan masuk dalam lingkungan pergaulan sosial yang lebih luas. Jika teman-temannya tidak mau menuruti apa yang diminta Si Kecil, bukan tidak mungkin ia akan dijauhi. Sebab pada dasarnya, anak-anak memang tidak suka dan belum bisa diatur," jelas Mira.
"Jadi ketika anak mendapat teman yang membuat mereka merasa tidak nyaman, maka kemungkinan besar teman tersebut akan dijauhi," lanjutnya.
Orang Tua Perlu Evaluasi
Lebih jauh lagi, Mira memaparkan bahwa sikap bossy yang akhirnya menjadi masalah sebaiknya memang perlu mendapat perhatian orang tua. Cara yang paling efektif untuk mengatasinya adalah dengan melakukan evaluasi dan tidak menganggap tindakan bossy itu sebagai sesuatu yang lucu sehingga dibiarkan berlarut-larut. Moms dan Dads juga sebaiknya mengevaluasi diri sendiri, yaitu dengan melihat bagaimana Anda bersikap kepada orang-orang yang berada di lingkungan Anda.
Tentunya, Anda harus menyadari bahwa apa pun yang Anda lakukan akan dicontoh oleh Si Kecil. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam bertingkah laku. Ketika berbicara dengan orang-orang di rumah, Anda sebaiknya menggunakan bahasa yang santun dan tidak menggunakan kata perintah. Anda juga harus memberitahu Si Kecil bahwa apa yang ia lakukan itu bisa berdampak buruk.
"Ajarkan Si Kecil untuk mengganti kalimat perintah dengan kata "Tolong" dan dengan intonasi yang lebih lembut. Memang tidak berarti dengan sekali pemberitahuan Si Kecil akan langsung mengubah sikap bossy-nya. Anda harus sabar dan meningatkan hal ini berulang-ulang sehingga perlahan anak akan paham," kata Mira.
Tips Menghadapi Balita Bossy
Ada beberapa tips untuk menghadapi balita bossy menurut buku What To Expect The Toddler Years, yaitu:
1. Perlakukan Si Kecil sebagaimana Anda mau diperlakukan. Jika Anda tak mau anak bersikap bossy terhadap Anda, maka janganlah Anda bersikap bossy kepadanya.
2. Berikan Si Kecil perhatian lebih karena bisa saja sikap bossy itu dilakukan hanya untuk mendapatkan perhatian.
3. Ketika ia mulai bersikap kasar, abaikan saja. Minta ia berkata "Tolong" saat menginginkan sesuatu.
4. Berikan anak tanggung jawab kecil, seperti menaruh baju kotor dalam keranjang. Sementara itu, ketika anak meminta Anda mengambilkan sesuatu yang biasa ia lakukan, tolak permintaannya dengan lembut. Namun dalam usaha meredam sikap bossy Si Kecil, jangan juga Anda langsung menolak semua permintaan darinya. Jika ia meminta sesuatu yang tidak bisa dilakukannya sendiri seperti mengambil barang di atas lemari, Anda tentu harus tetap menolongnya.
5. Sadarilah bahwa sikap ingin mengatur memang sudah menjadi karakter beberapa anak. Bantu Si Kecil mengembangkan sikap kepemimpinan itu melalui tindakan yang lebih sopan dan kata-kata yang santun. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)