Kehadiran sosok Moms dan Dads sangat dibutuhkan bagi perkembangan kepribadian dan kemampuan hidup Si Kecil. Tapi, seringkali Moms dianggap sebagai aktor utama yang dibutuhkan dalam perkembangan ini, sehingga peran Dads dikesampingkan. Padahal, hal tersebut salah lho, Moms.
Peran Ayah dalam Perkembangan Anak
Di acara Talkshow, Sharing & Konsultasi "Rahasia Parenting Zaman Now" pada 27 Juli lalu, Rosdiana Setyaningrum, Mpsi, MHPEd, psikolog anak dan keluarga, mengatakan bahwa peran ayah dalam perkembangan diri Si Kecil tidak bisa digantikan. Ini dikarenakan sisi maskulin yang ada pada sosok ayah sangat dibutuhkan Si Kecil sebagai role model dan pengajar.
"Penelitian pada bidang psikologi menunjukkan bahwa anak perempuan yang dekat dengan ayahnya memiliki kemampuan problem solving yang lebih tinggi," tutur Diana. Menurutnya, hal ini dikarenakan karena sosok ayah yang cenderung dominan dan maskulin secara alamiah akan menantang Si Kecil. Berbeda dengan sosok ibu, yang biasanya cenderung lebih emosional, lebih berhati-hati dalam berbicara, dan menjaga perasaan Si Kecil.
Selain itu, Diana juga membantah anggapan bila anak laki-laki lebih baik untuk dekat dengan ibu, dan anak perempuan lebih baik untuk dekat dengan ayah. "Anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya. Jadi, sebenarnya salah bila anak laki-laki harus dekat dengan ibunya, dan anak perempuan dekat dengan ayahnya," kata psikolog yang juga ibu dari 2 anak ini.
Menurutnya, bila anak laki-laki terlalu dekat dengan Moms, bisa-bisa karakternya tidak berkembang dengan maksimal. Kemampuan hidup yang penting untuk dimiliki, seperti kemampuan problem solving, motivasi diri, dan sikap berani mengambil keputusan serta risiko akan kurang kuat.
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa hal yang Diana khawatirkan terjadi di masa depan, antara lain pengangguran, usia pernikahan yang relatif singkat, dan kesulitan mengatasi berbagai masalah kehidupan. "Bila seorang anak laki-laki terlalu dekat dengan ibunya, tantangan besar yang dapat dihadapi adalah bila nanti ia tidak bisa memilih antara ibu atau istrinya," tutur Diana. "Bila seorang suami terlalu dekat dengan ibunya, ia tidak akan belajar bagaimana cara memperlakukan seorang wanita dan memahami peran utama seorang suami," timpal Diana.
Menurut Diana, sisi maskulin dan dominan yang dimiliki oleh sosok ayah sangat diperlukan untuk menempa karakter anak laki-laki. Sebabnya adalah adanya keterbatasan yang secara alami dimiliki ibu cenderung dalam berkomunikasi dengan anak laki-laki. "Masalahnya, kita perempuan bisa mendidik anak perempuan, tapi tidak bisa mendidik anak laki-laki. Ya, ini karena otak kita sebagai perempuan lebih memahami permasalahan dan cara berkomunikasi dengan sesama perempuan, termasuk Si Kecil yang perempuan. Tapi ini tidak bisa dilakukan dengan anak laki-laki," kata Diana. Maka dari itu, Dads diharapkan dapat secara rutin hadir dan aktif dalam berbagai kegiatan Si Kecil.
Yin dan Yang
Di acara yang sama, Jenie Kumala Dewi, pakar feng shui, menyatakan hal serupa dengan Diana. "Di ilmu feng shui, ada dikenal Yin dan Yang sebagai keseimbangan. Nah, dalam keluarga peran ibu dan ayah bagaikan Yin dan Yang. Masing-masing berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan kesejahteraan keluarga. Maka dari itu, peran ayah dalam keluarga tidak boleh hilang," kata Jenie.
"Terlebih lagi dalam ilmu feng shui, dikenal juga hoki atau keberuntungan. Dalam perhitungan tertentu, keberuntungan seorang suami bisa ada pada ibu dan istrinya. Tapi bila ia terlalu dekat dengan ibunya dan dihadapkan pada pilihan antara ibu dan istri, pilihan mana yang akan ia pilih? Ini akan menjadi sangat sulit bagi semua pihak," kata Jenie.
Feng Shui, Shio, dan Karakter Si Kecil
Tidak hanya mendalami peran ayah pada perkembangan karakter Si Kecil, di acara ini para peserta juga dapat lebih memahami karakter Si Kecil berdasarkan shio dan cara mengatasi berbagai masalah yang muncul pada Si Kecil.
Bila selama ini dikenal 12 shio berdasarkan tahun lahir, ternyata kompleksitas karakter seseorang bisa pula dipahami dan dibentuk oleh shio berdasarkan bulan, tanggal, dan jam lahir, termasuk buat Si Kecil.
Masing-masing shio memiliki karakter, termasuk cara belajar dan berinteraksi dengan orang lain. Maka dari itu, sebenarnya Moms dan Dads juga dapat menggunakan shio untuk memilih sekolah yang tepat Si Kecil.
Misalnya Si Kecil lahir pada tahun 2014, maka ia memiliki shio kuda. Beberapa karakter utama shio kuda antara lain adalah aktif dan tidak bisa diam. Maka dari itu, memilih sekolah dengan metode belajar yang tidak melulu duduk diam di kelas dapat menjadi pilihan yang tepat bagi Si Kecil dengan shio kuda.
"Kalau berdasarkan shio, ada karakter unik yang dimiliki oleh masing-masing shio. Misalnya shio monyet atau kuda. Pada anak dengan shio monyet atau kuda, ia cenderung tidak suka duduk diam atau lebih suka bergerak. Maka, seringkali bila anak-anak ini disekolahkan di sekolah dengan metode duduk diam di kelas, tidak sedikit ibu yang mengeluh kalau mereka tidak bisa diam," tutur Jenie.
Hal ini juga diutarakan oleh Cisca Becker, broadcaster dan content creator. "Anak aku yang pertama itu, Lilou, shionya naga. Menurut tadi aku baca-baca di buku mbak Jenie Rahasia Parenting ala 12 Shio, shio naga itu suka menonjol dan aktif. Makanya, aku enggak masukkin ia ke sekolah konvensional biasa. Aku lebih memilih sekolah yang lebih menuntut keaktifan untuk Lilou," kata Cisca.
Banyak hal lain seputar shio dan karakter anak yang bisa membantu Moms dan Dads memahami dunia Si Kecil dan keluarga yang dibahas dalam buku tulisan Jenie Kumala Dewi yang berjudul Rahasia Parenting ala 12 Shio. Yuk Moms, kenali lebih dalam karakter Si Kecil dengan shio! (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik, M&B)