Saat hamil, Moms perlu menjaga kesehatan kehamilan dan janin yang dikandungnya. Tak hanya itu, bumil pun sebaiknya menjaga perilaku dan kebiasaannya, karena hal tersebut ternyata bisa berpengaruh pada bayinya saat lahir nanti.
Contohnya, jika bumil bahagia, maka janin pun merasa bahagia. Sebaliknya jika bumil stres, hormon stres akan sampai ke tubuh janin dan diserap janin. Ya, setiap perubahan emosi pada bumil membuat perubahan hormonal yang akan diterima janin melalui plasenta.
Selain bahagia dan stres, ada sejumlah perilaku dan kebiasaan bumil yang bisa berpengaruh pada bayi. Dilansir dari BrightSide, berikut perilaku dan kebiasaan yang sebaiknya tidak Anda lakukan selama hamil, Moms.
1. Marah-marah dan berteriak
Selama hamil, ada baiknya Anda menghindari emosi dan berteriak-teriak. Bukan apa-apa, marah dan bersikap emosional hanya akan memicu depresi yang bisa membahayakan kesehatan janin serta berisiko pada sistem kekebalan dan otaknya. Berteriak juga bisa memberikan efek negatif pada bumil, karena membuat Anda sakit kepala, mual, dan mengalami masalah tidur.
Jika ada sesuatu atau seseorang yang membuat Anda jadi kesal atau emosi, jauh lebih baik meluapkannya dengan cara yang positif. Misalnya, Moms bisa keluar untuk berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Segera alihkan perhatian Anda dengan sesuatu yang bisa membuat Anda senang sehingga Anda terlupa dengan kekesalan Anda. Moms juga disarankan untuk melakukan relaksasi dan istirahat yang cukup.
Baca juga: Suka Marah-marah? Ini Bahayanya bagi Kesehatan Tubuh Anda
2. Mood swing
Suasana hati yang naik-turun (mood swing) sangat normal dialami bumil, misalnya rasa sedih yang dalam tanpa sebab atau frustrasi. Hal ini terjadi karena perubahan hormon pada bumil. Meskipun tergolong biasa, kondisi ini tetap perlu diatasi sejak dini agar Anda tidak sampai pada tahap depresi. Pasalnya, penelitian di University of Calgary, Kanada, menemukan adanya kaitan antara depresi yang dialami bumil dengan perkembangan otak janin. Depresi selama kehamilan dan persalinan berpengaruh terhadap ketebalan korteks pada otak. Korteks ini mengatur perilaku dan pikiran manusia.
Moms bisa mengatasi masalah ini dengan cara melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga ringan, senam prenatal, berjalan kaki, atau berenang. Cari juga suasana baru untuk mengatasi bosan. Pergilah keluar bersama teman dan bersosialisasi dengan bumil lain untuk berbagi pengalaman membahagiakan.
3. Gemar makanan manis
Terlalu sering mengonsumsi asupan gula berlebih bisa meningkatkan risiko terkena diabetes. Kadar gula yang tinggi pada bumil dengan diabetes bisa menyebabkan bayi tumbuh besar.
Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi selama kehamilan akan memiliki anak dengan masalah keterampilan belajar dan ingatan. Untuk itu, kurangi asupan gula. Jika Anda ingin mengonsumsi makanan manis, Anda bisa makan buah sebagai gantinya.
4. Sering minum kopi
Secara umum, minum kopi tidak akan memberikan masalah pada bumil. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan bahwa mengonsumsi kafein kurang dari 200 mg per hari tidak akan menyebabkan risiko keguguran atau kelahiran prematur.
Sebenarnya yang harus diperhatikan adalah kadar kafein yang terkandung di dalam kopi tersebut. Jadi, yang harus dibatasi adalah jumlah kafeinnya. Selain di dalam kopi, kafein juga ada di dalam minuman lain, misalnya teh dan energy drink. Kopi punya efek meningkatkan asam lambung, karena bersifat asam. Moms pun perlu tahu bahwa kafein juga bisa masuk ke plasenta dan aliran darah bayi.
Terlalu berlebihan minum minuman berkafein pada bumil bisa berdampak pada berkurangnya penyerapan zat besi dalam tubuh dan berisiko anemia. Alhasil, ini juga akan berpengaruh pada janin. Si Kecil bisa lahir dengan berat badan lahir rendah. (M&B/SW/Foto: Freepik)