Kasus MERS atau Middle East Respiratory Syndrome sejak bulan lalu mewabah di Korea Selatan. Dalam minggu ini terhitung sekitar 30 orang mengidap penyakit tersebut dan 2 orang tewas karenanya. Ini merupakan kasus terbesar yang dialami oleh sebuah negara di luar Arab Saudi.
Kasus pertama bermula ketika salah seorang pria berusia 68 tahun yang baru saja bertamasya ke 4 negara Timur Tengah mengalami gejala-gejala MERS pada 11 Mei. Ia dirawat di 2 fasilitas rawat jalan dan 2 rumah sakit, namun tidak melaporkan kalau ia terpapar virus MERS sehingga tidak diisolasi.
Selama menjalani perawatan, pria tersebut melakukan kontak dengan tim medis, pasien, serta pengunjung di rumah sakit. “Melihat dari banyaknya tempat ia menjalani perawatan, ada kemungkinan kasus MERS semakin berkembang,” ungkap World Health Organization (WHO) dalam pernyataannya.
Coronaviruses seperti MERS mudah sekali menyebar di rumah sakit. “Risiko penularannya pun akan semakin meningkat jika orang-orang yang sakit kondisinya semakin lemah dan mulai batuk-batuk,” ujar Michael Osterholm, pemimpin Center for Infectious Disease Research and Policy di University of Minnesota, AS, saat diwawancarai oleh USA Today.
Karena MERS merupakan penyakit yang baru diketahui, pemahaman dokter mengenai masalah ini masih belum terlalu mendalam dan belum ada obat atau vaksin untuk mengatasinya. Dilansir melalui Time, sejak 2012 dikonfirmasi ada sekitar 1.170 kasus MERS di seluruh dunia dan 480 orang meninggal akibat MERS.
Sekarang, total sekitar 750 orang di Negeri Ginseng tersebut, yang melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi virus, diisolasi untuk menghindari risiko penularan. Mereka mengalami gejala-gejala MERS, seperti batuk, demam, kesulitan bernapas, komplikasi pneumonia dan gagal ginjal. (Sagar/DT/Dok. Freedigitalphotos)
Baca juga : Wabah MERS Bisa Menyerang Anak-anak
- Tag:
- MERS
